Santri Sunan Drajat "Jihad Bil Internet ala santri"


Zaman millennial seakan-akan menjadi satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari diri kita. Yah, memang demikian adanya, dengan mentelaah dan bermuhasabah antar satu sama lain semua memilki penilaian bahwa teknologi yang ada dalam millennial yang ke-dua ini menjadi sangan intim dan ekstrem bagi kita para anak bangsa.
Jika kita sudah membahas teknologi yang ada pada saat ini, maka bahasan kita tidak akan lepas dengan berbagai macam smartphone yang ditawarkan saat ini, mulai dari Xiaomi, Samsung, Oppo, Lenovo, dan masih banyak lagi macam-macamnya. Itupun sudah ditawarkan dari harga yang bertingkat-tingkat, mulai dari harga yang kurang lebih Rp.500.000 atau bahkan hingga Rp.7.000.000. itupun dengan versi android yang bertingkat-tingkat pula, ada jelly bean, kitkat, lollipop, hingga Oreo, atau bahkan ada yang melebihi versi tersebut.

Wow, memang jika kita membahas masalah tentang perkembangan smartphone masa kini. Namun, seiring dengan perkembangannya, ia tidak lepas dengan sosmed ( social media ) yang semakin menjamur di seantero dunia maya ataupun nyata. Mulai dari Twitter, Facebook, Whatsapp, atau game online yang kini sudah mulai menunjukkan taringnya dalam persaingan internet zaman ini, mulai dari C.O.C, Mobile Legend, dan lain-lain.

Akhir zaman now memang menyuguhkan pelbagai varian rasa kenikmatan dunia pada kita. Bila kita amati dengan seksama, survei membuktikan tidak hanya orang berkasta tinggi yang dengan limpahan harta kekayaannya, bahkan orang yang dengan pandangan ekonomi pas-pasan pun, itu sudah dapat dipastkan memilki benda kecil serba guna itu, lengkap dengan aplikasi-aplikasi terpopuler masa kini. Bila secra terang-terangan, barang seperti demikian, secara ilmu ekonomi, itu sudah bukan termasuk kebutukan sekunder lagi, namun kini ia hampir menduduki tingkat kebutuhan primer yang mana semua orang pasti membutuhkannya tidak terkecuali di Indonesia.

Lantas apakah kita harus menjauhinya? Tidak, kita cukup mengikuti bumi yang berputar, waktu yang terus berjalan, atau hari yang silih berganti. Bila kita berhenti mengikutinya maka dapat dipastikan 100% anda akan menjadi orang yang kuper. Meski demikian, keimanan kita harus dapat dipastikan dibangun dengan kokoh supaya hal-hal negatif yang akan mengusik diri ini pergi dan tidak akan kembali lagi. Sebuah pepatah mengatakan “almuhafadzotu ‘alal qodimis sholih wal akhdzu biljadidil ashlah “, yang maknanya kita dianjurkan untuk menjaga perkara lama yang baik serta mengambil hal baru yang lebih baik. Perkara lama itu, pada zaman akhir now ini adalah senantiasa membentengi diri dengan doktrin-doktrin positif para ulama’ lewat kata-kata Mutiara, ataupun memahami hadits nabi lewat kitab-kitab klasik yang dipelajari di pesantren, dan hal baru yang perlu kita ambil adalah apa yang ada seiring perkembangan zaman di dunia ini. Semuanya tidak luput dari tujuan utama, yakni demi menyaingi orang barat yang berusaha menghasud agama islam, yang berusaha menjatuhkan nama baik islam, ataupun mereka yang berusaha menyebarkan islam paham komunis.

Bila kita faham seraya mengamalkan satu kata Mutiara tersebut, maka insyaallah diri kita akan senantiasa terbentengi dengan keimanan yang haqiqi serta menjadi bangsa millennial yang tidak kuper atas apa yang ada. Perlu di ketahui juga jihad masa kini itu sudah tidak saatnya menggunakan pedang, namun jihad masa kini saatnya menggunakan teknologi serta apa yang tersedia di dalamnya. Bukan saatnya kita rapuh untuk meratapi masa depan, namun kini saatnya kita bangkin untuk kembali menantang rintangan masa depan.

Comments

Popular Posts