bulan sya’ban


Bulan Sya’ban adalah bulan persiapan untuk memasuki bulan yang penuh dengan rahmat, maghfirah dan dijauhkan dari siksa api neraka. Tidak lain bulan itu adalah bulan Ramadhan, bulan yang selalu dinantikan oleh orang-orang yang beriman dan yang senantiasa mengharapkan ridha Allah SWT. Persiapan pada bulan Sya’ban adalah persiapan jasmani untuk berhati-hati dari godaan hawa nafsu, sehingga jasmani mempersiapkan diri dari segala yang dapat digunakan untuk menyongsong bulan suci Ramadhan, misalnya bersih-bersih ingkungan, tempat ibadah, mencuci tikar, karpet, sajadah, rukuh dan sarung serta segaa yang dapat menunjang kelancaran dalam menjalankan ibadah. Kesiapan yang bersifat rohani untuk mengasah kepekaan nurani menahan diri dari lapar dan dahaga serta dorongan hawa nafsu yang dapat merusak kualitas ibadah, hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, sehingga merasa selalu dekat dengan Allah.
Pemaknaan Sya'ban sebagai bulan pemantapan iman, dan persatuan umat menjadi sangat relevan dengan arti dan konteks historis Sya'ban itu sendiri. Menurut sejarah, dinamai "Sya'ban" karena orang-orang Arab pada waktu itu banyak berpencar untuk mencari mata air sehingga terpencar dan bercerai-berai. Mencari air di padang pasir mengandung makna berjuang mati-matian untuk menmpertahankan hidup dan meraih masa depan yang lebih baik
Bulan Sya’ban juga menjadi momentum persiapan mental menjelang puasa. Banyak keistimewaan di bulan ke 8 dalam kalender Hijriyah ini. Keistimewaan bulan Sya’ban, dinyatakan dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di atas;
وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Dia adalah bulan diangkatnya amal-amal (manusia) kepada Tuhan semesta Alam. Maka aku ingin ketika amalku sedang diangkat, aku sedang berpuasa.” (HR. Ahmad dan Nasa’i, dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 1898).

Pada bulan Sya'ban Allah menetapkan perubahan arah kiblat umat Islam dari Masjidil Aqsa di Baitul Maqdis, Palestina, ke Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah. Perubahan arah kiblat ini membawa hikmah besar bagi Nabi Muhammad SAW sendiri maupun umat Islam, yaitu peneguhan akidah tauhid dan signifikansi persatuan umat.

Selain itu, Bulan Sya’ban juga menjadi kesempatan bagi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, untuk menjadi orang yang diharamkan masuk ke dalam neraka “Barang siapa yang merasa senang akan datangnya bulan Ramadhan maka diharamkan jasadnya masuk ke dalam Neraka (Hadits)”. Baru saja merasa senang sudah demikian besar keutamaannya apalagi bila sampai pada amaliyah, tentu lebih besar lagi keutamaannya. Alangkah baiknya bila pada bulan ini untuk mengkadha puasa, bila ternyata pada tahun yang lalu pernah meninggakan puasa karena sakit, menjadi musyafir atau bagi wanita sedang melahirkan, menyusui atau sedang nifas maka masih ada kesempatan untuk mengqadhanya, agar bulan puasa nanti menjadi lebih ringan di dalam menjankan puasa karena merasa tidak mempunyai hutang puasa.

Menurut Yahya bin Mu’adz bahwa Sya’ban terdiri dari lima huruf yaitu syin, ‘ain, ba’, alif dan nun dan masing-masing bernakna sebagai berikut:
1. Syin : syarafatun atau syafa’atun yang berarti kemuliaan dan syafa’at.
2. ‘Ain : Al ’izzah wa karomah yang berarti kemenangan dan karomah.
3. Ba’ : Al Birru yang berarti kebaikan.
4. Alif : Ulfah yang berarti rasa belas kasihan.
5. Nun : Nur yang berarti cahaya.

Jadi, bulan Sya'ban juga harus dimaknai dan diisi dengan memperbanyak amalan-amalan sunah yang dapat me-refresh spiritualitas dan moralitas kita sehingga ketika memasuki Ramadhan kita benar-benar siap untuk berpuasa lahir batin. Tidak ada salahnya pula jika di bulan Sya'ban ini kita banyak berdoa: "Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban ini, dan antarkanlah kami sampai (berpuasa) di bulan Ramadhan." Meski doa ini tidak berasal dari Nabi SAW, spirit untuk menyambut dan memasuki bulan Ramadhan itu sangat penting. Wallahu a'lambishawab

Comments

Popular Posts