PEMERKOSAAN

MadArtDt

Oleh: pemuda yang sengaja sinting dalam penulisan ini lahir di Bumi Wali TUBAN. Dia
Hasil anak dari pasangan suami istri biasa, tanpa nasab kekuatan khusus sedikit pun
Layaknya Uchiha. Namanya Rochmad Wasito, dan sekarang
Dia bernafas, dengan izin Allah tentunya.




BEC atau lebih panjangnya Brittania Education Camp, adalah tempat pendidikan yang selama ini telah diidam-idamkan oleh seluruh orang tua. Disana, mereka menanamkan sistem pembelajaran formal dan asrama bagi peserta didik umur 13-18 dengan pendidikan serba ada dan sangat dibutuhkan di masa depan. Selain itu, BEC juga menawarkan kualitas dan kuantitas yang menggiurkan, terbukti dari riwayat alumni dan fasilitas pendidikannya.
            Bukan hanya pendidikan formal mereka bisa dapat di waktu sekolah saja, namun pelajaran tambahan seperti ilmu berbahasa, agama, biologi dan kejuruan tertentu di Asrama masing-masing. Dan semua itu ditempuh dalam 21 jam sehari dengan waktu isirahat yang sedikt memperhatinkan.
            Segalanya telah mereka di atur oleh camp, seperti waktu tidur, istirahat, makan hingga pakaian, agar mampu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan terlaksana penuh visi dan misinya. Pola makan mereka juga sangat menggiurkan, dalam 3 kali kesempatan makan, mereka mendapat jatah yang tentunya mampu memberikan pengaruh yang positif bagi proses pembelajaran mereka, tidak menutup kemungkinan dengan biaya yang murah.
            Sudah 1 bulan ini BEC kedatangan tamu 2 orang mahasiswa dari Universitas Ar-Rahman Jakarta yang sedang melakukan penelitian tentang sistem pendidikan, namanya Soni dan Hasan. Mereka diberi jatah oleh camp untuk bermalam di ruang khusus bagi tamu, namun mereka menolak dan memilih bermalam selama 30 hari di asrama Oxford, yakni asrama yang ditempati bagi siswa 3 SLTA.
            Di bawah pimpinan bapak Prof.Dr. Azizullah, Brittania Education Camp berjalan sangat lancar pendidikannya selama 10 tahun sejak berdirinya. Mereka berdua langsung di bimbing oleh beliau dalam menempuh penelitiannya. Karna bapak Aziz merasa mereka berdua adalah benar-benar benih dari Indonesia yang ingin memperjuangkan pendidikan. Soni dan Hasan di berikan kesempatan leluasa benar untuk menyukseskan penelitiannya.
            Sabtu, Soni dan Hasan sedang duduk di pinggir halaman SMA Brittania. Selama 2 jam mereka duduk-duduk sambil berbincang-bincang tentang hasil penelitian mereka selama 20 hari ini. Tiba-tiba pintu kelas di samping mereka terbuka. Keluarlah seorang guru dan diikuti oleh siswa dan siswi. Mereka nampak senang.
            “Ayo, cepat kita ganti, jangan lama-lama nanti telat” ujar seorang siswi pada temannya sambil berjalan. Hasan mengupingnya.
            “Son, kayaknya mereka mau olahraga deh” Tanya Hasan
            “Mungkin, tunggu aja!” jawab soni sebelum menyeruput kopi susunya.
            Beberapa menit kemudian, lapangan sekolah yang luas telah dipenuhi 2 kelas dengan guru yang berbeda hendak melaksanakan pelajaran olahraga. Soni dan Hasan sedikit tertawa melihat kenalan di asramanya sedang olaharga, bagaimana tidak lucu, dia gendut.
            “Hey Ndut, semangat dong jangan glinak-glinuk” teriak Soni.
            “Awas kak, nanti di asrama! Habis sampean” jawab Roni
            “Roni itu orang mana kok bicaranya kayak gitu?” tanya hasan
            “Jogja”
            “Ohh.. pantesan”
            “Tapi bro, kok aku Cuma liat mereka olahraga waktu sekolah saja”
            “Iya, ya.... hemmmm perlu kita selidiki”
            30 menit kemudian, semua gerumbulan di lapangan bubar dengan sendirinya, begitu juga Soni dan Hasan.
            Malam hari di Asrama Oxford, Soni, Hasan, Roni dan Firman sedang melakukan diskusi kecil-kecilan di pojok kamar.
            “Ya mas, kami Cuma mendapat jatah olahraga hanya waktu sekolah, itupun hanya seminggu sekali. Alternatifnya ya, olahraga sendiri. Bahkan kami juga bingung mau olahraga kapan, gimana nggak, pagi-pagi harus hafalan sore ngaji malam harus tidur jam setengah sebelas. Kalau jam segini belum tidur mah, besoknya sudah dihukum mas. Tapi, berhubung ada sampeyan ya nggak papa” Jawab Roni
            “Lalu bagaimana kalian menghibur diri, sedangkan bawa hp saja nggak boleh, laptop pun wajib di titipkan di sekolah?” Tanya Hasan
            “Ya nyolong-nyolong gitu mas, gimana cara bisa nyenangin diri”sahut Firman, teman sekelas Roni.
            Hasan dan Soni tersentak, tiba-tiba mereka saling menatap
            “Serius?” tanya hasan sambil matanya sedikit mendelik
            “Iya kak, otak kami rasanya mau meletus benar. Tiap detik kami disesali pelajaran tanpa ada hiburan, kalau adapun hiburan mungkin ga seberapa dengan apa yang mereka sesalkan pada kami. Sejak sesudah subuh kami wajib menghafal, pagi kami sekolah itupun akselerasi jadinya harus tekun benar biar waktu 2 tahun di SMA bisa lulus kalau nggak di turunin ke kelas biasa, siang tidur 2 jam, sore mengaji, setelah isya pelajaran tambahan di asrama sampai jam 10. Capek aku kak, tapi santai sebentar lagi aku akan lulus dari penjara ini” ujar Roni
            “Heh, gak boleh gitu ga baik” Sahut Hasan
            “Habis gimana lagi kak, nyesel orang tua maksa aku sekolah disini”
            Soni dan Hasan hanya terdiam
            22 September, SMA Brittania akan merasa kehilangan sepasang anggota keluarga baru merka, Soni dan Hasan. Telah selesai sudah mereka menjalani penelitian untuk dijadikan bahan ujian skripsi. Suasan pelepasan di halaman sekolah sangat haru, karna jasa mereka terhadap SMA sangatlah besar dan memberikan pengaruh bagi siswa dan siswinya
            “Jadi itu pesan kami berdua kepada kalian semua, jangan lupa semangat dalam belajar ya ! cukup sekian Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh” ucap Soni di penghujung sambutannya. Setelah berfoto dengan beberapa siswa dan siswi, mereka ingin menemui bapak Aziz yang telah menunggu mereka di kantor Camp.
            “Ya mas, saya juga terimakasih atas kunjungan anda berdua, sejak ada kalian anak-anak nampak senang dan lebih semangat.”
            “Iya pak sama-sama, yaudah kami pamit balik dulu” sahut Hasan. Mereka berdiri dari tempat duduk semula, begitu juga pak Aziz. Beliau pergi mengikuti mereka berdua sampai ujung gerbang, sebagai rasa hormat.
            “Assalamualaikum pak” ucap mereka berdua sebelum mencium tangan pak Aziz.
            “Walaikumsalam, hati-hati ya!” ujar Pak Aziz.
            Setelah nampak 50 langkah kaki dari gerbang, tiba-tiba Soni berbalik badan menuju Pak Aziz yang masih ada di gerbang.
            “Ada yang ketinggalan?” Tanya Pak Aziz
            “Tidak pak, saya mau menyampaikan sesuatu”
            “Apa?”
            “Saya kasihan pak, mereka semua diperkosa” ujar Soni lalu berlari dengan kencang kembali ke Hasan.
            Beliau diam, Mulas Wajahnya.

Comments

Popular Posts